Kota Bekasi, 18 Juli 2023 – Stunting, kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah usia 5 tahun akibat kekurangan gizi kronis yang berulang, telah menjadi perhatian serius bagi Puskesmas Bantargebang. Di bawah kepemimpinan dr. Andrizal Amir, Puskesmas Bantargebang telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menangani masalah ini dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai stakeholder, lintas program, dan lintas sektor.
Stunting merupakan masalah multidimensional yang memerlukan upaya lintas sektor dan kerjasama antar program. Puskesmas Bantargebang telah berhasil menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk pengelola program gizi Dwiana Setiawati AMG, dan Pengelola Program Kesehatan Lingkungan, Ade Risnandar AMKL, untuk mengatasi berbagai faktor risiko yang berkontribusi pada stunting.
Faktor risiko yang mempengaruhi stunting, seperti kemiskinan, pengetahuan orang tua tentang kesehatan gizi, masalah budaya dan perilaku, serta kondisi sanitasi dan akses air minum yang tidak memadai.
Puskesmas Bantargebang memahami bahwa penanganan stunting bukanlah tugas yang dapat dilakukan sendirian dalam sektor kesehatan saja. Oleh karena itu, mereka telah menggandeng berbagai stakeholder dan lintas sektor, termasuk kelurahan, kecamatan, rumah sakit, klinik, praktek bidan mandiri, dan bahkan kementerian agama, untuk menciptakan strategi pengelolaan yang holistik.
Salah satu pendekatan yang diambil oleh Puskesmas Bantargebang adalah dengan memperhatikan seribu hari pertama kehidupan anak. Dalam hal ini, program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) diarahkan kepada calon pengantin untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan reproduksi sebelum menikah dan menjadi orang tua. Perlindungan juga diberikan melalui imunisasi kepada calon pengantin wanita.
Puskesmas Bantargebang juga memberikan pembinaan kepada ibu hamil mengenai asupan gizi yang sehat dan persiapan persalinan. Melalui posyandu dan layanan masyarakat, upaya promosi kesehatan juga dilakukan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.
Dalam rangka tata kelola penanganan stunting, Puskesmas Bantargebang melakukan penjaringan anak-anak di bawah usia 5 tahun, terutama mereka yang berusia di bawah 23 bulan. Penjaringan ini dilakukan di puskesmas, posyandu, klinik, dan praktek bidan mandiri. Tim kesehatan Puskesmas Bantargebang, yang terdiri dari dokter umum, ahli gizi, ahli laboratorium, dan bidan, bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan dan validasi terhadap anak-anak yang teridentifikasi.
Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan pihak RSUD CAM untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Apabila pengobatan diperlukan, Puskesmas Bantargebang akan mengacu pada hasil konsultasi tersebut. Intervensi gizi juga dilakukan untuk memberikan perawatan yang sesuai kepada anak-anak yang terdiagnosis stunting.
Data terkini menunjukkan progres yang menggembirakan dalam upaya penanganan stunting di Puskesmas Bantargebang. Pada tahun 2022, terdapat 66 anak yang teridentifikasi mengalami stunting. Namun, pada bulan Juni 2023, 32 anak telah berhasil ditangani dengan baik, mencapai 47 persen dari total kasus. Sementara itu, data-data lainnya sedang dalam tahap validasi ulang.
Puskesmas Bantargebang secara aktif menggunakan aplikasi *EPPGBM* (elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat) untuk memantau dan merekam hasil pengukuran dan penimbangan di posyandu setiap bulan. Dari total 2.615 balita di kelurahan atau wilayah kerja Puskesmas Bantargebang, fokus penanganan stunting diberikan kepada anak-anak di bawah 24 bulan.
Dengan komitmen yang kuat dan kerjasama lintas sektor yang solid, Puskesmas Bantargebang dan stakeholder terkait bertekad untuk mencapai zero new stunting di Kota Bekasi. Penurunan kasus stunting yang terjadi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa upaya ini tidak hanya sebuah impian, tetapi juga sebuah realitas yang dapat dicapai melalui kolaborasi yang erat dan tindakan yang terencana dengan baik.
Puskesmas Bantargebang terus berupaya untuk memberikan perawatan dan perlindungan terbaik bagi anak-anak di wilayah kerjanya. Dengan fokus pada seribu hari pertama kehidupan dan pendekatan yang berkelanjutan, mereka berkomitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan bebas stunting bagi generasi penerus Kota Bekasi. (Red)