“Saya mengunjungi abang saya, Pendeta Saut Sigalingging karena melekat ajaran leluhur kami yang dalam adat Batak namanya ‘Dalihan Na Tolu’ yang kemudian menjadi falsafah hidup dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara,” – Dr. H. Marhaban Sigalingging, Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia(ICMI) Korda Bekasi Kota –
-Bekasi Kota-
Rabu(22.12/2021) siang, Dr. H. Marhaban Sigalingging mengunjungi sekretariat Persekutuan Gereja Gereja Indonesia Setempat(PGIS) di Jalan Cut Mutia, Bekasi. Kunjungan silaturahmi yang dilakukan atas dasar ikatan persaudaraan semarga yang berangkat dari kampung yang sama puluhan tahun silam kemudian merantau dan bertemu didaerah perantauan yang sama.
Diterima langsung oleh Pdt. Saut A Sigalingging STh yang juga merupakan Ketua Umum PGIS Kota Bekasi, pertemuan persaudaraan semarga menjadi sebuah pertemuan keluarga yang saling merindukan karena sudah berpisah sekian lama oleh karena kesibukan masing-masing ditanah perantauan.
“Kami berasal dari kampung yang sama dan baru bertemu ya sekarang ini di Kota Bekasi dengan kapasitasnya masing-masing. Dalam acara-acara keluarga semarga yang rutin diadakanpun sebenarnya Kami hadir diacara yang sama hanya saja mungkin datang dan pergi diwaktu yang berbeda sehingga kami tidak pernah saling bertemu. Jadi di moment ini kami inilah kami bisa bertegur sapa, bernostagia tentang kampung halaman dan juga update tentang pekerjaan yang kami lakukan,” papar Pdt. Saut A Sigalingging STh kepada media.
Saat ditanyakan mengenai perbedaan keyakinan, Pendeta Saut menilai bahwa hal tersebut malah menjadi sebuah kekayaan dalam satu dimensi keragaman pada sebuah ikatan kebudayaan, “perbedaan tidak memisahkan tapi malah menyatukan yang kemudian diteruskan kepada anak cucu bahwa toleransi adalah sebuah keindahan yang harus dirawat dan dijaga bersama”, ungkapnya.
Senada, Ketua ICMI Korda Bekasi Kota juga menyatakan bahwa ikatan adat dan budaya khususnya suku Batak dan semua suku-suku lain yang ada di Indonesia menjadi sebuah bingkai yang merajut keberagaman.
“Bersyukur, Kota Bekasi yang terkenal dengan herterogen suku bangsa yang menjadi masyarakatnya bisa saling menjaga toleransi antar suku, agama, ras dan antar golongan. Pertemuan Kami ini bisa menjadi contoh bahwa walau berbeda keyakinan tapi kami satu dalam ikatan keluarga dan kebudayaan yang sama. Menjelang Natal dimana para saudara yang berbeda keyakinan hendak merayakan hari besar keagamaan nya, maka kita wajib menjaga ketenangan ibadah mereka dengan juga melakukan ibadah yang kita yakini. Jadi perbedaan itu indah,” pungkas Ketua ICMI Korda Bekasi, Dr. H. Marhaban Sigalingging.
Pertemuan 2 putra daerah asal Sumatera Utara bermarga Galingging ini bisa menjadi contoh teladan dan menjadi sebuah cerita menarik yang wajib diteruskan kepada para generasi penerus tentang indahnya sebuah keberagaman yang wajib dilestarikan yang harus dirawat. Bahwa perbedaan keyakinan dan kebudayaan bukan sebuah jurang pemisah melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan dan merekatkan. (DMach)